Monday 8 February 2016

Autisme bukanlah masalah!

Di tengah kepenatanku dalam menjalani kehidupanku, baik dalam organisasi maupun kepanitiaan, atau perkuliahanku, aku melihat liburan sebagai sesuatu yang sangat indah yang sangat ingin aku nikmati dengan baik. Sejak menjalani kehidupan di dunia perkuliahan, aku kerap kali merasakan kejenuhan hati dan merasa ingin segera melarikan diri dari kenyataan agar bebanku terlepas. 

Kali ini, di liburan singkatku, alias libur satu-hari-ku yang bertepatan dengan Hari Raya Imlek yang dirayakan oleh keluargaku, aku melakukan sesuatu yang kurang lazim. Tidak seperti pada umumnya aku berkunjung ke kediaman keluargaku ataupun melakukan perjalanan kembali ke Jakarta, keluargaku memilih untuk tetap di rumah dan mengundang kerabat-kerabat ayahku dan juga karyawan kami. Sudah biasa bagiku untuk melihat karyawan kami berkumpul dan mengundang mereka untuk makan bersama, terlebih pada saat Hari Raya Lebaran. Namun, karena kedatangan kerabat karyawanku yang belum pernah saya lihat keluarganya, saya merasa agak risih. Anak mereka cukup aneh, tidak punya rasa sungkan, dan juga blak-blak-an, yang membuat saya mengecap bahwa sang anak tidak tahu diri. Saya biarkan kelakuannya di rumah maupun di restoran. Di perjalanan pulang dari restoran ke rumah, ibu saya berkata bahwa sang anak mengidap autisme. Saya tertegun tidak percaya. Sungguh jahat diriku mengecap dia seperti itu. Aku menyalahkan kebodohanku. Dia autis, tapi dia masih berjuang untuk sama seperti anak-anak lainnya. Sejak saat itu, aku mulai memperhatikan gerak geriknya di rumahku. Dia memang aneh dan pola pikirnya berbeda. Dia kesulitan dalam berbicara karena lidahnya pendek. Dia harus bersekolah di Sekolah Luar Biasa yang sudah terlihat jelas bahwa dia berbeda dari yang lain. Tetapi dia tidak takut akan perbedaannya itu, atau mungkin dia tidak sadar bahwa dia berbeda. Aku sangat terharu akan perbuatan yang dia buat. Memang ada saat dimana dia bersikap sangat konyol dan nyebelin bagiku. Tetapi, dia mengajarkan bahwa kita harus tepat janji, harus berintegritas terhadap ucapan yang kita lontarkan. Memang yang dia lakukan merupakan hal yang sepele, memberikan uang dua ribu rupiah kepada anak kecil lain jika anak kecil itu berhasil memukul orang lain. Tetapi, konsistensi yang dia upayakan yang sangat aku hargai. Dia sampai rela meminta-minta uang dua ribu rupiah kepada ibu dan ayahnya demi menepati janjinya. Tidak hanya itu, dia juga sangat terbuka dalam hal agama. Bisa dibilang dia merupakan penganut agama islam yang taat, dia ingat kapan harus sholat dan apa yang harus dia lakukan, tetapi dia juga terbuka terhadap agama kristen dan tidak segan-segan mengakui bahwa Yesus juga merupakan salah satu Tuhan. Dirinya yang masih kecil, berumur kira-kira 10 tahun tetapi seperti anak berumur 5 tahun karena autisme yang dia idap, mengajarkan hal besar dalam hidupku tanpa dia sadari. Dia memang tergolong tidak tahu malu, sampai-sampai dia berani berkeliling rumah ke rumah untuk meminta sumbangan untuk mesjid di dekat rumahnya tanpa orang tuanya tahu. Saking tidak malunya dia, dia berani meminta jajanan pada penjual makanan di warung dekat rumahnya, tetapi dia tidak akan pergi ke warung untuk meminta jajanan lagi jika sang ayah berkata bahwa beliau belum membayarkan jajan yang dia ambil. Terlepas dari ketidaktahuan sang anak ayahnya berbohong atau tidak, dia merupakan anak yang mengerti kondisi orang tuanya. Terhadap anak-anak lain yang lebih kecil darinya, dia mendidik untuk saling mengasihi, bahkan ketika anak lain memegang bungkus rokok, dengan sigap dia berlari ke anak tersebut dan berusaha keras untuk merebutnya. Bagiku itu merupakan sebuah aksi heroik yang kebanyakan anak kecil tidak tahu, bahkan tidak peduli mengenai bahaya rokok, sedangkan sang anak autis itu dengan berani merampas rokok dari tangan anak kecil berusia tiga tahun.
Ya, Dimas. Bocah yang mengidap autisme, bocah yang terpinggirkan karena keterbelakangan mental, bocah yang selalu di cap buruk dan aneh. Bocah yang menjadi seorang pahlawan hari ini.
I am proud of you, Dimas. 

No comments:

Post a Comment