Monday 10 October 2016

•R•E•K•A•M• •J•E•J•A•K• 🐾

Ada rasa takut dalam raga ini.
Takut akan rekam jejak yang aku tinggalkan. 

Akankah rekam jejakku akan bermanfaat bagi orang lain?
Ataukah rekam jejak yang aku tinggalkan kian menjadi malapetaka?
Aku takut.
Ketika melihat bocah kecil 

Dia yang lemah karena penyakitnya 

Tetapi menguatkanku 

Hanya dengan senyuman hangat penuh harapannya.
Dia tidak menyerah karena kekurangannya. 

Dia tidak mengeluh karena kecacatan hidupnya. 

Dia semakin kuat karenanya.
Kini aku sadar, aku tak harus takut. 

Aku harus mencetak rekam jejak yang lebih baik.


___________________________________________________________

story behind

Kala itu, aku sedang melakukan kunjungan ke sebuah Panti Asuhan di daerah Surabaya Barat. Perjalanan yang cukup jauh itu cukup membuatku lelah, tetapi aku berusaha bertahan. Hari itu bukanlah hari yang cukup baik bagiku. Hari-hari sebelumnya cukup melelahkan bagiku sehingga membuat aku menjadi kurang bersemangat hari itu. ditambah pagi hari yang hujan membuatku semakin ingin tidur dan beristirahat di rumah. Setelah beberapa saat berkumpul, akhirnya kami memutuskan untuk berangkat ke Panti Asuhan tersebut. 

Setelah beberapa saat perjalanan, sampailah kami di tempat tersebut. Aku melihat keadaan sekeliling, tidak buruk, pikirku. Dibandingkan dengan Panti Asuhan yang biasa aku datangi setiap bulannya, aku merasa Panti Asuhan ini sudah sangat berkecukupan. Dimulai dari bangunan rumahnya saja aku sangat yakin bahwa mereka tidak kekurangan. Kemudian aku berjalan masuk. Interior rumahnya pun sudah cukup mewah dan sangat layak untuk dikatakan sebagai rumah hunian yang layak, hanya saja, mereka kurang memperhatikan kebersihan toilet dan pentingnya toilet dalam sebuah rumah.

Aku berjalan masuk ke dalam, melihat sekeliling rumah. Rumah itu sangat nyaman dan layak. Namun aku melihat kejanggalan dalam rumah itu ketika aku berjalan naik ke lantai dua dan menunggu keberlangsungan acara. Tidak seperti biasanya, kali ini aku duduk diam tidak banyak berbicara dan berbincang dengan anak-anak di Panti Asuhan tersebut. Entah kenapa aku tidak merasa nyaman, aku merasa itu kurang seperti keluarga. Atmosfir dan hawa ketegangan disana semakin memuncak ketika aku melihat anak-anak tersebut saling bertengkar dan memukul. Dengan keadaan rumah yang baik seperti itu, mereka tidak menggunakan keuntungan semacam itu untuk membangun sebuah keluarga yang tentram dan damai di dalamnya. Aku sangat sedih dan kecewa, tidak bermaksud menyalahkan pengurus panti tersebut, tetapi dengan keadaan semacam itu, bagaimana mereka tidak mendidik anak-anaknya menjadi lebih baik? Sikap dan sifat anak-anak disana sungguh mengecewakan dan membuatku semakin sedih. Aku sempat kecewa dengan anak-anak disana yang tidak menunjukkan respek mereka terhadap tamu dan terhadap orang yang lebih tua. Mereka tidak bersikap dengan baik, tidak mensyukuri pemberian orang, dan terlebih, sopan santun pun tidak tercermin dari dalam diri mereka. Saya sangat sedih sehingga saya cukup jelas menyatakan saya tidak mood berada dalam acara tersebut. Dengan jelas, saya menceritakan permasalahan saya pada teman saya. Namun ketika saya bercerita, ada sebuah pemandangan yang menjanggal di depanku. Aku sedih dan tertegun ketika seorang anak kecil yang kurus kering, mengidap polio, tidak mampu berjalan atau bahkan duduk. Untuk berpindah tempat saja dia harus menggulingkan badannya. Parahnya, dia bahkan tidak dapat mengunyah makanannya sendiri. Sungguh menyakitkan dan menyedihkan. Hatiku semakin sakit ketika aku menemukan bahwa dia agak terbully di Panti Asuhan tersebut. Dia mendapatkan perlakuan tidak layak karena dia lemah, namun dia tidak pernah memusuhi 'saudara'-nya. Aku tidak tahu apa yang ada di dalam hatinya, apa yang ia pikirkan, namun sesekali aku melihatnya meneteskan air mata, tetapi ketika aku menghapus air matanya, dia tersenyum manis dan sangat ramah.

Ya.. dialah bocah kecil pengidap polio yang lemah secara fisik, namun kuat hatinya. Dialah si pecinta apel, yang sangat ingin merasakan nikmatnya buah apel, meskipun ia tidak dapat mengunyahnya. Dia, sang pemberi harapan dan semangat, hanya dengan senyumannya.

"Sometimes you need to keep strong, not only for yourself, but also for others. Your smile might not always change your mood or your feelings, but it changes someone else."

==^^==


No comments:

Post a Comment