Thursday 19 June 2014

Ku Jatuh Hati Pada Kentut KeLIMAmu

*PREETTT*
"Uh bau sekali! Kentut siapa sih ini? Kok bau banget?", Igna mencium bau yang sangat tidak enak.
*glek*
Isabella tertegun. Perutnya yang kala itu sedang sangat mulas dan tidak tahan lagi untuk mengeluarkan "zat-zat kimia" itu hanya bisa diam karena menahan malu.
"Aduh jangan sampai ada yang mengetahui bahwa akulah yang sudah kentut barusan. Malu banget pasti.", kata Isabella dalam hati. Tidak lama kemudian, terdengar lagi bau kentut susulan. 
PREETTT
"Buset dah ada kentut susulan! Kayak gempa aja. Bau banget kelas ini. Mau berapa kali kentut sih?!", teriak Ricky setengah kesal.
"Bagaimana jika kita cari tahu saja asal mula bau kentut ini? Mumpung gurunya belum datang nih.", usul Roy.
"Iya tuh! Benar apa yang dikatakan Roy!", Sheila mendukung usul yang diberikan Roy dari ujung kelas. 
"Ya sudah, tunggu apalagi? Ayo periksa saja sebelum ada kentut susulan. Bisa mati anak kelas kita kalau begini terus!", Igna memimpin pasukan pemeriksaan kentut pada pagi hari itu.
Igna dan Ricky, selaku ketua dan wakil ketua kelas XI IPA 1, segera melakukan pemeriksaan secara cepat. Isabella sangat ketakutan bahwa hal itu akan terungkap dan akan membuatnya semakin malu. Bahkan ia akan menjadi bahan olokan satu kelas - oh tidak, atau mungkin lebih? Saat pemeriksaan sedang berlangsung, terdengar lagi suara kentut yang ketiga. Untungnya suara kentut yang ketiga ini frekuensi bunyinya kecil dan Igna tidak mendengarkannya.
"Kamu ya Bel yang kentut?", tiba-tiba terdengar suara yang sangat mengagetkan Isabella. 
"AAA!!", Isabella berteriak karena kaget. 
"Kamu kenapa Bel?", teriak Igna dari kejauhan yang sedang sibuk memeriksa dari mana asal bau itu.
"Eh, nggak ada apa-apa kok Na. Hehe", Isabella tersenyum terpaksa.
"Oh, ya su--"
Belum selesai mendengar jawaban dari Igna, Eltia kembali mempertanyakan hal yang sama kepada Isabella. 
"Ngaku saja Bel, aku tidak akan beri tahu siapapun kok. Apalagi Igna.", Eltia membujuk.
*PREETT*
"Uh Bel, kamu kentut lagi? Kok bau banget sih. Malah sudah empat kali. Kamu kenapa? Sakit?"
"Iya nih El, perutku mulas sekali sejak kemarin malam. Padahal aku tidak makan yang aneh-aneh. Aduhh duhh, mulas lagi, jangan sampe aku kentut lagi. Bisa malu aku.", Isabella menahan perutnya yang sakit itu.
"Eh sebentar Bel, jangan kentut dulu. Nanti aku pingsan gimana?!", Eltia panik.
*PREETT*
"Aduh leganya. Perut sudah tidak mulas lagi.", Isabella tersenyum lega.
"Kamu lega! Aku hampir saja mati karena kentutmu itu!", Eltia menutup hidungnya menahan bau menyengat itu.
"Hehhh!! Pelan-pelan El! Jangan sampai ada orang lain yang tahu. Kamu diam saja ya! Nanti aku traktir deh.", Isabella berusaha menyogok Eltia.
Untung saja, saat Igna dan Ricky akan menghampiri barisan Isabella dan Eltia untuk melakukan pemeriksaan, Bu Ratna segera masuk ke kelas kemudian melangsungkan pelajaran pada pagi hari itu. Mereka pun melanjutkan pelajaran dengan ramai karena tidak mendapati pelaku pembuangan 'gas beracun' itu. Dengan diliputi rasa penasaran, akhirnya mereka berusaha melupakannya. Saat pelajaran usai, berbondong-bondong mereka ke kantin untuk makan dan kembali mengisi energi mereka sebelum kembali belajar di kelas yang cukup menguras tenaga dan energi. 
"Bel, kita lagi makan nih. Jangan kentut untuk keenam kalinya, ya. Bisa keracunan aku nanti.", Eltia menyeletuk dengan polosnya..
"Hehh, jangan bilang begitu lagi. Itu kan sudah berlalu. Jangan diungkit lagi. Itu accident tau! Kita harus move on! Hahahhaa", Isabella membela diri.
"Ini benar-benar hebat Bel, aku baru tahu ada orang yang bisa kentut sampai lima kali sepertimu, dan berturut-turut pula. Hebat!", Eltia tertawa terbahak-bahak.
Tanpa disadari, Igna yang duduk tepat di belakang Isabella mendengar perbincangan mereka dan kaget mendengar ucapan itu. 
"Oh jadi yang kentut daritadi itu kamu Bel!", Igna langsung menyela pembicaraan mereka. Isabella dan Eltia hanya bisa terdiam, sedangkan Roy dan Ricky juga beberapa orang di belakangnya tertawa terbahak-bahak menertawakan Isabella.
Isabella kehabisan kata-kata. Ia sudah tidak tahu mau ditaruh dimana mukanya. Sungguh, mukanya berubah menjadi merah. Bukan karena terpesona melihat Igna yang mengajaknya berbicara, tetapi menahan malu karena aibnya harus diketahui oleh banyak orang, terlebih orang yang disukainya. Isabella yang kala itu tida tahu harus berbuat apa langsung pergi meninggalkan semuanya dan ke halaman sekolah. Disana ia duduk dan menangis karena menahan malu. Mungkin menyendiri memang lebih baik dibandingkan harus berada di tempat ramai kemudian ditertawakan. Eltia yang kala itu merasa bersalah segera beranjak dan menyusul Isabella dan meminta maaf atas kecerobohannya. Namun sayang, Igna dan Ricky sungguh tidak menyadari bahwa Isabella sedang sedih saat itu. Mereka tetap menertawakannya bahkan menyebarkannya ke anak-anak di kelas.
Isabella memutuskan untuk menerima permintaan maaf dari Eltia karena mereka adalah teman dekat. Untung apa menyimpan dendam, pikirnya. Namun ketidakpekaan yang dimiliki Igna sungguh sudah memilukan hati Isabella. Bagaimana tidak? Igna merupakan sosok seorang pria yang disukai oleh Isabella sejak pertama mereka bertemu. Untung berbincang bersama saja hampir tidak mungkin. Dan ketika Igna mengajaknya untuk berbincang malah membicarakan hal yang memalukan.
"Sudahlah, lupakan saja. Itu memang tidak disengaja.", pikirnya. Kemudian beranjak dan kembali ke kelas. 
Tak disangka, ketika Isabella dan Eltia memasuki ruang kelas, kelas itu sudah gempar dengan berita kentut pagi itu. "Ini semua pasti ulah Igna.", Isabella geram. 
"Sabar Bel, sabar.", Eltia berusaha menenangkan.
"Eh awas, jangan menghalangi jalan dong. Ini sempit tau.", Isabella berusaha menerobos jalan dengan muka kusutnya.
"Iya jangan halangi jalan Isabella.", Igna membantu. "Nanti dikentutin loh! Hahahaha.", baru saja Isabella mengira bahwa Igna, sang pujaan hati, akan membantunya, saat itu jugalah Igna semakin menyakitkan hatinya. 
"Eh Roy, bereskan meja Putri Kentut, Ms. Isabella dong. Kalau berantakan dia akan ngamuk kemudian kita akan dikentuti sampai mati.", Igna meledek lagi.
"Baik boss! Demi Putri Kentut pasti ku lakukan! Kalau tidak nanti ada bau-bau tidak enak lagi! Hahaha"
Suasana hati Isabella semakin panas. Rasanya ia ingin membanting segalanya, tapi diusahakan untuk sabar. Hari itu ia lewati dengan penuh kesabaran. Untung saja Isabella bukanlah orang yang mudah meledak-ledak. Sehingga ia dapat menahan amarahnya dan tetap berusaha tersenyum sampai akhirnya jam pulang sekolah.

=^o^=

Berbulan-bulan lamanya Isabella dijuluki dengan julukan kentut dan semacamnya. Semakin lama ia semakin terbiasa dengan julukan itu. Pada awalnya memang memalukan. Ya, tetapi ada juga hikmahnya. Dengan adanya kejadian itu, ia semakin akrab dan dekat dengan Igna. Mungkin benar kata orang, "Ada hikmah dibalik segala kejadian." Isabella yang hampir tidak mungkin berbincang dengan Igna, sekarang menjadi mungkin. Bahkan sekarang mereka semakin dekat dan akrab. Tak jarang mereka didapati sedang berduaan untuk sekadar berbincang maupun menertawakan diri mereka masing-masing. Sampai suatu hari, Igna memberanikan diri untuk mengajak Isabella ke halaman sekolah bersama dengan alasan ingin memberikan sesuatu di hari ulang tahunnya. Isabella pun mengiyakannya. 
"Kamu tahu, ketika aku mengetahui bahwa kamulah pelaku kejadian kentut itu aku sungguh kaget. Tapi aku bangga melihat kamu yang sabar menghadapi segala ledekan yang terlontar baik dari mulutku maupun teman-teman. Di hari ini, di ulang tahunmu yang ketujuh-belas, aku mewakili seluruh teman-teman, meminta maaf untuk segala ledekan itu ya.", kata Igna dengan suara yang mendadak halus.
"Apaan sih Na? Santai ajalah. Udah berlalu. Lagian dengan adanya ledekan itu teman-teman sekelas juga tampak bahagia dan bahkan aku menjadi akrab dengan beberapa orang yang bahkan sebelumnya aku tidak kenal. Umm.. termasuk kamu Na.", Isabella tersenyum.
Igna meraih tangan Isabella dan bersujud di depannya. "Kamu tahu, cinta itu layaknya seperti kentut. Semakin kamu menahannya akan semakin sakit. Cinta itu ibarat kentut, mungkin awalnya tidak enak, tetapi setelah dinyatakan itu sangat melegakan hati. Cinta itu seperti kentut, kita tidak dapat memprediksikan kapan ia keluar atau memprediksi dimana dan kapan ia akan keluar. Menurut teman-teman kentut itu identik dengan kamu Bel, ya begitupun juga dengan cintaku. Sangat identik dengan kamu. Kamulah cintaku. Aku tidak peduli kamu percaya pada perkataanku atau tidak. Tapi itu sungguh dari hatiku."
Perkataan itu sungguh membuat hati Isabella luluh kemudian tersenyum pada Igna dan meraihnya untuk berdiri, dan berkata, "Jika kamu menyamakan cinta dengan kentut, maka kamulah kentutku."
Isabella dan Igna terdiam sejenak dan tertawa terbahak-bahak mendengar kalimat yang dilontarkan Isabella beberapa saat sebelumnya. Setelah mereka puas tertawa, Igna melanjutkannya kembali, "Kalau begitu, maukah kamu menjadi pacarku?"
"No.", Isabella menjawah dengan yakin. Igna tertegun. "T..ta..tapi--"
"Aku maunya menjadi kentut sekaligus cintamu.", Isabella tersenyum.
Igna sungguh bahagia kemudian langsung memeluk Isabella dengan bahagia. Ya, siang itu menjadi siang yang sangat menyenangkan dan membahagiakan bagi keduanya. 

THE END


Cerita ini hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan tempat, nama dan juga cerita adalah hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

No comments:

Post a Comment