“Woi, gimana kabar lu?”, tanya Jason saat
bertelepon dengan Vira.
“Baik, lu sendiri gimana Jas?"
“Everything is alright, until someone come
into my life.”
“Ah banyak gaya lu Vi, pake bahasa inggris
segala.”, ledek Jason.
“Iya dong, kan ceritanya gue ngomong sama bule
nyasar gitu~ hahaha”
“Iya deh iya, by the way anyway busway, lu
kenapa cewek?”
“Tidak apa-apa kawan. Trust me bro, it works!”
“Jahat nih ya, mentang-mentang kita sudah lama
terpisahkan. Huhuhu”
Beberapa jam mereka bertelepon, saling berbagi
cerita satu dengan yang lain. Mereka terpisahkan jarak berkilo-kilo meter.
Bahkan zona waktu antara mereka berdua pun berbeda. Bagaimana mereka dapat
bersama? Jalinan hubungan antara mereka, yang sudah lama mereka bangun. Ya,
tetapi itulah kenyataan yang harus mereka terima. Jarak antara Indonesia dan
Australia tidaklah sedekat Jakarta-Bogor atau Surabaya-Sidoarjo yang dapat
ditempuh dengan jalur darat yang singkat. Tetapi mereka tetap berusaha untuk
mempertahankan hubungan mereka. Memang sulit dan tak mudah. Awalnya memang ada
rasa kehilangan. Rasa rindu yang saling menghantui satu dengan yang lainnya.
“Eh, gue pergi ke college dulu ya. Bye
cewekk~”
“Yah jahat lu, ninggalin gue lagi. Gue lagi
bosen nih”
“Heh, bosen mulu kerjaan lu, mandi makan terus
belajar atau kerjain tugas gih, jangan sampai kecapean atau keburu tugas ya.”
“Iya bapak-bapak bawel yang sok dewasa~ nurut
aja deh gue.”
“Baguslah. Dasar bocah! Hahaha”
Akhirnya pun mereka menutup teleponnya dan
kemudian melakukan aktivitasnya masing-masing. Dengan kesibukan mereka sendiri,
mereka pun seakan-akan lupa dengan kerinduan yang mereka alami. Sampai suatu
ketika Vira ingat bahwa beberapa hari lagi merupakan ulang tahun Jason.
“OMG! Bentar lagi si
manusia rese ulang tahun! Duh gimana ya? Gue bingung mau kasih kado apa, malah
udah ga bisa dikerjain lagi gara-gara udah terpisah jarak gini. Yaampun! I have
no idea!”, kata Vira sambil menepuk jidatnya.
Beberapa saat Vira
diam dan termenung, duduk memikirkan kado apa yang harus ia berikan kepada
sahabatnya yang sudah pindah jauh tersebut. Banyak sekali hal yang disukai oleh Jason, baik mengenai kepemimpinan, filosofi dan sejarah yunani, dance, dan music.
Jason. Sahabat yang
paling mengerti dirinya. Orang yang selalu membuatnya tersenyum saat ia dilanda
kesedihan. Apalah daya dia sudah jauh
disana. Namun ia sangat bersyukur, karena pria yang meskipun jauh jaraknya dengannya,
namun pria itu jugalah yang paling dekat dan akrab dengannya. Pria itu juga
yang paling mengerti dirinya. Pria itu juga yang selalu mendukung impian,
cita-cita, dan keinginannya. Sinergi antara keduanya sangat baik.
Pernah sesekali ia
membayangkan hidupnya tanpa Jason. Sungguh hampa. Bahkan sangat tak
terbayangkan lagi. Hancur. Ya, mungkin itu merupakan kata yang paling tepat
untuk menjelaskan hidup Vira tanpa Jason. Entah apa yang ada di benak Jasonmengenai Vira, Vira tak peduli. Yang terpenting baginya, Jason adalah salah
satu harta yang sangat berharga di dunia ini yang bisa ia miliki.
Diambilnya sepucuk
kertas berwarna merah muda, kemudian ditulislah surat untuk Jason. Mulai dari
ucapan-ucapan ulang tahun, harapan-harapan untuk tahun-tahun ke depannya, dan
cerita-cerita masa silam tentang mereka berdua. Rasanya surat itu tidak dapat
menjelaskan banyak hal mengenai mereka. Rasanya ingin sekali Vira bertemu
dengan Jason, kemudian mereka bercanda, tertawa, dan saling mengusili satu
dengan yang lain. Maka ditulislah pada bagian akhir surat,
“Lu masih gamau balik
kesini Jas? Masih betah disana? Enak banget ya disana? You should know
something, I miss that time when you used to mock me, when you tried to trick
me, and every silly, idiot, little things we had done together.”
Tanpa disadari, air
mata menetes dari mata kecil Vira. Vira benar-benar sangat merindukan Jason.
Diputuskanlah bahwa Vira akan mengirimkan surat itu beserta buku-buku dan novel
favorite Jason. Ia berharap agar Jason menyukai kado pemberian Vira.
Hari demi hari dilewati
Vira sambil menunggu kabar sampainya kado itu di tangan Jason. Namun Jason tak
kunjung juga mengabarinya. Bahkan pesan yang coba dikirim oleh Vira tidak
mendapatkan respon. Entah apa yang sedang terjadi, pikirnya. Ada kekhawatiran
yang cukup mendalam di lubuk hari Vira. Tapi
ia berusaha menutupinya dan terus tersenyum.
“Aku harus bisa sabar
menunggu kabar itu, kalau misalnya tidak ada kabarnya pun, aku harus
mengikhlaskannya saja.”
Tepat di hari ulang
tahun Jason, Vira mengirim pesan ucapan selamat ulang tahun lagi kepada Jason.
“Happy birthday bule
nyasar. God bless ya! Have a big blast.”
Kemudian ia kirim. Kemudian
tak disangka, Jason meneleponnya kembali.
“Halo?”
“Ya, hallo? Kenapa Jas?
By the way happy birthday ya jelek! Lu udah
terima chat dari gue?”
“Udah cewek. Makasih ya!
By the way, gue mau minta maaf karena ngisengin lu beberapa hari ini,
sebenarnya paket lu udah nyampe dari beberapa hari yang lalu, tapi gue pengen
isengin lu nih. Udah lama ga iseng. Hehe. Thank you so much ya!”
“UUHHH iseng banget
sih lu! Tapi yaudahlahyah, gimana? Lu suka kadonya?”
“Suka banget. Gue beneran
speechless gatau mau ngomong apalagi ke lu. Gue bersyukur banget bisa punya
sahabat bawel dan jelek kayak lu Vi. Lu beneran mengerti gue banget, dan lu selalu
setia support gue, apapun keadaan gue. Thank you banget Vi!! Sumpah ini beneran
udah speechless! Love you so much jelek!”
“Love you too bawel! Baguslah
kalau lu suka, setidaknya pilihan gue ga salah. Have a year of joy ya cowok
bawel! Huahaha!!”
“Iya, cewek ngeselin! Wkakaka
sahabat macem apa lu ngatain gue terus? Gue lagi ulang tahun harusnya
dipuji-puji nih.”
“Pengen banget dipuji
bro? Ga cocok dipuji lu! Hahaha”
“Tuh kan tega! Oh iya,
untuk membalas isi surat lu itu, gue bakalan pulang ke Indonesia di hari ulang
tahun lu! Puas ga? Mumpung disini lagi summer vacation nih. Jadi gue bisa
manfaatin waktu gue buat ketemu cewek bawel dan ngeselin kayak lu dulu! Sekalian
refreshing. “
“SUMPAH LUUU?!! WAA
SENENG BANGET GUEE! LAFLAF JAS! AKHIRNYA DIRIMU KEMBALI!”
“Cie kesenengan. Gausah
lebay gitu ah Vi, kayak mau ketemu artis aja. Eh,gue kan artis ye kan!”
“Duh males deh gue
jadinya. Gue tutup aja ya telfonnya? Hahaha”
“Tutup aja sana,
palingan nanti juga lu yang kangen.”
Vira sungguh lega hari
itu. Rasanya emas yang hilang itu akhirnya kembali lagi ke dalam genggamannya. Tak
pernah sekalipun ia membayangkan bahwa ulang tahunnya nanti akan diwarnai
dengan warna baru yang sudah lama hilang dalam hidupnya. Seperti rangkaian
pensil warna yang tidak lengkap. Namun kini, pensil warna yang hilang itu
akhirnya ditemukan.
“Every hello has its
goodbye. But remember, there is something good that you can learn from the word
‘goodbye’. Because in ‘goodbye’ itself,
it is written ‘good’. So, start believing and dream, but don’t forget to make
it comes true.” - @ViDarmalim.
No comments:
Post a Comment