Monday 21 April 2014

Good in Goodbye #ShortStory #LAFLAF #Part2

“Woi, gimana kabar lu?”, tanya Jason saat bertelepon dengan Vira.
“Baik, lu sendiri gimana Jas?"
“Everything is alright, until someone come into my life.”
“Ah banyak gaya lu Vi, pake bahasa inggris segala.”, ledek Jason.
“Iya dong, kan ceritanya gue ngomong sama bule nyasar gitu~ hahaha”
“Iya deh iya, by the way anyway busway, lu kenapa cewek?”
“Tidak apa-apa kawan. Trust me bro, it works!”
“Jahat nih ya, mentang-mentang kita sudah lama terpisahkan. Huhuhu”

Beberapa jam mereka bertelepon, saling berbagi cerita satu dengan yang lain. Mereka terpisahkan jarak berkilo-kilo meter. Bahkan zona waktu antara mereka berdua pun berbeda. Bagaimana mereka dapat bersama? Jalinan hubungan antara mereka, yang sudah lama mereka bangun. Ya, tetapi itulah kenyataan yang harus mereka terima. Jarak antara Indonesia dan Australia tidaklah sedekat Jakarta-Bogor atau Surabaya-Sidoarjo yang dapat ditempuh dengan jalur darat yang singkat. Tetapi mereka tetap berusaha untuk mempertahankan hubungan mereka. Memang sulit dan tak mudah. Awalnya memang ada rasa kehilangan. Rasa rindu yang saling menghantui satu dengan yang lainnya.

“Eh, gue pergi ke college dulu ya. Bye cewekk~”
“Yah jahat lu, ninggalin gue lagi. Gue lagi bosen nih”
“Heh, bosen mulu kerjaan lu, mandi makan terus belajar atau kerjain tugas gih, jangan sampai kecapean atau keburu tugas ya.”
“Iya bapak-bapak bawel yang sok dewasa~ nurut aja deh gue.”
“Baguslah. Dasar bocah! Hahaha”

Akhirnya pun mereka menutup teleponnya dan kemudian melakukan aktivitasnya masing-masing. Dengan kesibukan mereka sendiri, mereka pun seakan-akan lupa dengan kerinduan yang mereka alami. Sampai suatu ketika Vira ingat bahwa beberapa hari lagi merupakan ulang tahun Jason.
“OMG! Bentar lagi si manusia rese ulang tahun! Duh gimana ya? Gue bingung mau kasih kado apa, malah udah ga bisa dikerjain lagi gara-gara udah terpisah jarak gini. Yaampun! I have no idea!”, kata Vira sambil menepuk jidatnya.

Beberapa saat Vira diam dan termenung, duduk memikirkan kado apa yang harus ia berikan kepada sahabatnya yang sudah pindah jauh tersebut. Banyak sekali hal yang disukai oleh Jason, baik mengenai kepemimpinan, filosofi dan sejarah yunani, dance, dan music.
Jason. Sahabat yang paling mengerti dirinya. Orang yang selalu membuatnya tersenyum saat ia dilanda kesedihan. Apalah daya dia sudah  jauh disana. Namun ia sangat bersyukur, karena pria yang meskipun jauh jaraknya dengannya, namun pria itu jugalah yang paling dekat dan akrab dengannya. Pria itu juga yang paling mengerti dirinya. Pria itu juga yang selalu mendukung impian, cita-cita, dan keinginannya. Sinergi antara keduanya sangat baik.
Pernah sesekali ia membayangkan hidupnya tanpa Jason. Sungguh hampa. Bahkan sangat tak terbayangkan lagi. Hancur. Ya, mungkin itu merupakan kata yang paling tepat untuk menjelaskan hidup Vira tanpa Jason. Entah apa yang ada di benak Jasonmengenai Vira, Vira tak peduli. Yang terpenting baginya, Jason adalah salah satu harta yang sangat berharga di dunia ini yang bisa ia miliki.
Diambilnya sepucuk kertas berwarna merah muda, kemudian ditulislah surat untuk Jason. Mulai dari ucapan-ucapan ulang tahun, harapan-harapan untuk tahun-tahun ke depannya, dan cerita-cerita masa silam tentang mereka berdua. Rasanya surat itu tidak dapat menjelaskan banyak hal mengenai mereka. Rasanya ingin sekali Vira bertemu dengan Jason, kemudian mereka bercanda, tertawa, dan saling mengusili satu dengan yang lain. Maka ditulislah pada bagian akhir surat,
“Lu masih gamau balik kesini Jas? Masih betah disana? Enak banget ya disana? You should know something, I miss that time when you used to mock me, when you tried to trick me, and every silly, idiot, little things we had done together.”
Tanpa disadari, air mata menetes dari mata kecil Vira. Vira benar-benar sangat merindukan Jason. Diputuskanlah bahwa Vira akan mengirimkan surat itu beserta buku-buku dan novel favorite Jason. Ia berharap agar Jason menyukai kado pemberian Vira.
Hari demi hari dilewati Vira sambil menunggu kabar sampainya kado itu di tangan Jason. Namun Jason tak kunjung juga mengabarinya. Bahkan pesan yang coba dikirim oleh Vira tidak mendapatkan respon. Entah apa yang sedang terjadi, pikirnya. Ada kekhawatiran yang cukup  mendalam di lubuk hari Vira. Tapi ia berusaha menutupinya dan terus tersenyum.

“Aku harus bisa sabar menunggu kabar itu, kalau misalnya tidak ada kabarnya pun, aku harus mengikhlaskannya saja.”

Tepat di hari ulang tahun Jason, Vira mengirim pesan ucapan selamat ulang tahun lagi kepada Jason.
“Happy birthday bule nyasar. God bless ya! Have a big blast.”

Kemudian ia kirim. Kemudian tak disangka, Jason meneleponnya kembali.
“Halo?”
“Ya, hallo? Kenapa Jas? By the way happy birthday ya  jelek! Lu udah terima chat dari gue?”
“Udah cewek. Makasih ya! By the way, gue mau minta maaf karena ngisengin lu beberapa hari ini, sebenarnya paket lu udah nyampe dari beberapa hari yang lalu, tapi gue pengen isengin lu nih. Udah lama ga iseng. Hehe. Thank you so much ya!”
“UUHHH iseng banget sih lu! Tapi yaudahlahyah, gimana? Lu suka kadonya?”
“Suka banget. Gue beneran speechless gatau mau ngomong apalagi ke lu. Gue bersyukur banget bisa punya sahabat bawel dan jelek kayak lu Vi. Lu  beneran mengerti gue banget, dan lu selalu setia support gue, apapun keadaan gue. Thank you banget Vi!! Sumpah ini beneran udah speechless! Love you so much jelek!”
“Love you too bawel! Baguslah kalau lu suka, setidaknya pilihan gue ga salah. Have a year of joy ya cowok bawel! Huahaha!!”
“Iya, cewek ngeselin! Wkakaka sahabat macem apa lu ngatain gue terus? Gue lagi ulang tahun harusnya dipuji-puji nih.”
“Pengen banget dipuji bro? Ga cocok dipuji lu! Hahaha”
“Tuh kan tega! Oh iya, untuk membalas isi surat lu itu, gue bakalan pulang ke Indonesia di hari ulang tahun lu! Puas ga? Mumpung disini lagi summer vacation nih. Jadi gue bisa manfaatin waktu gue buat ketemu cewek bawel dan ngeselin kayak lu dulu! Sekalian refreshing. “
“SUMPAH LUUU?!! WAA SENENG BANGET GUEE! LAFLAF JAS! AKHIRNYA DIRIMU KEMBALI!”
“Cie kesenengan. Gausah lebay gitu ah Vi, kayak mau ketemu artis aja. Eh,gue kan artis ye kan!”
“Duh males deh gue jadinya. Gue tutup aja ya telfonnya? Hahaha”
“Tutup aja sana, palingan nanti juga lu yang kangen.”

Vira sungguh lega hari itu. Rasanya emas yang hilang itu akhirnya kembali lagi ke dalam genggamannya. Tak pernah sekalipun ia membayangkan bahwa ulang tahunnya nanti akan diwarnai dengan warna baru yang sudah lama hilang dalam hidupnya. Seperti rangkaian pensil warna yang tidak lengkap. Namun kini, pensil warna yang hilang itu akhirnya ditemukan.


“Every hello has its goodbye. But remember, there is something good that you can learn from the word ‘goodbye’. Because in ‘goodbye’  itself, it is written ‘good’. So, start believing and dream, but don’t forget to make it comes true.” - @ViDarmalim.


No comments:

Post a Comment