Sunday 30 March 2014

Will You Marry Me? #ShortStory #Part2

"Ayo cepetan! Nanti terlambat nih!", gerutu Fiona.
"Iya sayang, ini tinggal sedikit lagi kok. Ini lagi beres-beres dulu.", jawab Dennis sabar.
"Aku tunggu di luar ya!", teriak Fiona bersemangat.

***
Pagi itu, Fiona dan Dennis berencana untuk berlibur bersama teman-temannya sekaligus merayakan hari jadi Fiona yang ke26 tahun. Fiona dan Dennis memang merupakan sahabat lama. Mereka berteman sejak dibangku SMA dan Dennis juga sudah lama menyimpan rasa itu kepadanya. Begitupun dengan Fiona. Namun saat itu, ada kejadian yang tak dapat menyatukan mereka dan akhirnya Fiona pun pernah menjadi milik orang lain. Dennis sangat menyesali kejadian pada saat itu. Memang benar itu merupakan masa lampau, namun itu merupakan pukulan hebat bagi Dennis. 
Sepuluh tahun lamanya Dennis menunggu cinta Fiona. Sepuluh tahun lamanya Dennis melihat jatuh bangun Fiona. Sepuluh tahun lamanya Dennis hanya dapat berperan bagi sahabat untuk Fiona. Saat Dennis harus terpisah dengan Fiona karena Fiona harus pindah rumah ke luar kota, Dennis pun hanya bisa menerima keadaan itu. Keadaan dimana mereka tidak akan bertemu lagi. Bahkan mereka tidak berhubungan sama sekali saat itu. Sangat terpuruk. Ya, itulah keadaan Dennis saat itu. Jarak dari Jakarta ke Bogor memang tak seberapa jauh. Dapat ditempuh dengan jalur darat dan sekitar satu sampai dua jam. Tapi apakah mungkin dan wajar seorang pria terus menerus mendatangi seorang wanita di kediamannya? Pikir Dennis logis. Dennis hanya dapat menunggu dan memendam perasaannya. Sampai akhirnya undangan pernikahan Fiona dengan pria lain sampai di rumah Dennis. Dennis hanya bisa mengucapkan selamat dan membantu mengurus pernikahan Fiona, sahabatnya itu. 
Sayang sekali, tiga bulan sebelum hari H pernikahan Fiona dan calon suaminya itu, pernikahan mereka dibatalkan. Fiona terpuruk. Fiona jatuh sakit. Calon suaminya sungguh tak bertanggung jawab. Kesal, marah, sedih, terpuruk, hancur, itulah perasaan Fiona saat itu. Disaat itulah, Dennis hanya dapat berusaha di sisinya sebisa yang ia lakukan. Dihiburnya Fiona sampai akhirnya ia kembali ke keadaannya seperti sedia kala. Namun ketakutan akan pernikahan, ketakutan akan jatuh cinta terus menerus membayangi pikiran Fiona. Dennis masih sabar menghadapi Fiona. Ia tidak banyak berharap bahwa Fiona akan jatuh dalam pelukannya. Tapi ia berjanji akan terus menyayangi Fiona dan jika Tuhan berkehendak, maka mereka akan disatukan. 
Sudah empat tahun lamanya Fiona bangkit dari kekelaman masa lalunya. Sejak sembilan bulan yang lalu Fiona dan Dennis pun membangun hubungan jalinan kasih. Dan kini mereka akan melanjutkan ke jenjang yang lebih serius, mengingat umur mereka yang sudah tak lagi muda. 

***

"Pantai ini sungguh indah ya! Bersih dan sejuk sekali.", teriak Jack kepada Dennis dan teman-teman lainnya.
"Iya, betul sekali. Makanya aku pilih pantai ini. Dan penginapannya juga dekat dari sini.", tambah Fiona.
"Oh jadi ini pilihanmu Fii", ledek Elizabeth. 
"Ih apa sih? Kan boleh dong kasih pendapat.", jawab Fiona.
"Sudah sudah, ayo kita gelar saja tikarnya dan menikmati hari ini.", lerai Dennis.

***

Sambil mereka menikmati liburan mereka, Jack dan Elizabeth juga teman-teman lainnya membantu Dennis menyiapkan kejutan untuk Fiona. Ulang tahun Fiona memang unik. Hanya terjadi empat tahun sekali, tepatnya 29 Februari. Dan sayang sekali, di usia nya yang ke26 ini tidak ada tanggal 29. Oleh karena itu, mereka merayakannya satu hari lebih awal.
Berbagai rencana dan strategi telah disusun dari satu minggu sebelumnya. Rencana-rencana juga sudah ditetapkan dengan baik. Dan malam yang ditunggu-tunggu pun tiba. Malam itu, bintang-bintang bertebaran di langit, menghiasi langit hitam menemani mereka. Lilin-lilin dipasang di sekitar pantai. Memang pada awalnya, Dennis hanya berencana untuk mengadakan pesta kecil untuk Fiona. Menari dan menyanyi bersama menghabiskan malam dan makan malam bersama. Namun terlintas dalam benaknya untuk melamar Fiona, oleh karena itu, ia pun memutuskan untuk mengubah rencana tersebut dan tidak memberitahu Fiona akan perubahan rencananya. 
Fiona sungguh cantik malam itu. Mini dress putih dengan make up tipis menghiasi tubuhnya. Sungguh mempesona. Dennis pun tampak tampan dengan kemeja putih dan jas hitam dengan dasi hitam. Kedua orang itu merupakan paduan pasangan yang menawan. 
Di saat semua orang sedang sibuk dengan pesta kecil yang diadakan, Dennis kembali menyiapkan diri untuk lamarannya. Fiona yang kala itu sedang asik menyanyi dan menari bersama teman-temannya pun tidak sadar. Saat Dennis muncul dengan sebuket bunga mawar putih ditangannya, Fiona terdiam. Dennis menyanyikan lagu-lagu romantis untuk Fiona sambil berjalan kearahnya. Semua mata tertuju pada keduanya. Iringan lagu pun semakin menghidupkan suasana itu. 
"Aku tahu masa lalumu. Aku tahu kamu. Dan aku tetap sayang sama kamu. Happy birthday sayang. I love you.", sambil memberikan bunga mawar putih untuk Fiona.
Fiona menangis haru. Tak disangka Dennis dapat melakukan hal tersebut untuknya. 
"Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih sama kamu.", jawab Fiona sambil mengusap air matanya. 
"Di cincin ini telah terukir namamu. Begitupun dengan hatiku. Will you marry me? Aku memang bukan yang pertama untukmu, tapi aku ingin menjadi yang terakhir untukmu.", Dennis menyodorkan cincin.
Fiona mengangguk. Dipasangkanlah cincin itu kepada jari manis Fiona, dan sorak-sorak dan suara tepukan tangan pun terdengar. 
"Kamu tahu semua tentang aku. Hampir sepuluh tahun kita kenal dekat. Mungkin kita memang pernah terpisah. Kamu tahu tentang masa laluku. Kamu tahu aku hampir menjadi miliki orang lain dan beberapa bulan sebelumnya, aku gagal. Kamu tahu betapa terpuruknya aku. Tapi kamu selalu ada untuk aku. Aku bukannya gamau percaya hari ini akan terjadi. Aku takut. Ini seperti trauma. Tapi aku bersyukur hari ini terjadi dalam hidupku."
Akhirnya mereka pun memeluk satu dengan yang lainnya. Dennis mengusap air mata di wajah Fiona. Menari bersama, dan mensyukuri akan hal itu. Hari itu, malam itu, merupakan malam terindah, kado terindah, dan kenangan terindah yang pernah dimiliki dan dilalui Fiona dan Dennis. Sekaligus menghapus trauma masa lampau yang pernah terjadi.


"I feel your whisper across the sea, I keep you with me in my heart. You make it easier when the life gets hard. I'm lucky I'm in love with my best friend. Lucky to have been where I have been. Lucky to be coming home again.
They don't know how long it takes, Waiting for a love like this. Every time we say goodbye. I wish we had one more kiss. I'll wait for you I promise you, I will." - [Jason Mraz - Lucky]


No comments:

Post a Comment